■ Suatu Hari, Saat Malam Beranjak Larut, Pintu Rumahku Di Ketuk.
“Siapa..?”, Tanyaku.
■ “Ahmad”, Jawab Orang Diluar Pelan.
■ “Ahmad Yg Mana..?”
Tanyaku Makin Penasaran.
■ “Ibn Hanbal”, Jawabnya Pelan.
■ Subhanallah,
Itu Guruku..!, Kataku Dalam Hati.
■ Maka Kubuka Pintu. Kupersilakan Beliau Masuk, Dan Kulihat Beliau
Berjalan Berjingkat, Seolah Tak Ingin Terdengar Langkahnya.
■ Saat Kupersilakan Untuk Duduk, Beliau Menjaga Agar Kursinya
Tidak Berderit Mengeluarkan Suara.
■ “Wahai Guru, Ada Urusan Yang Penting Apakah Sehingga Dirimu
Mendatangiku Selarut Ini..?”
■ “Maafkan Aku Ya Harun…
Aku Tahu Biasanya Engkau Masih Terjaga Meneliti Hadits
Selarut Ini, Maka Aku Pun Memberanikan Diri Mendatangimu.
Ada Hal Yang Mengusik Hatiku Sedari Siang Tadi.”
■ Aku Terkejut. Sejak Siang..?
Apakah Itu Wahai Guru ??
■ “Mmmm Begini…”
Suara Ahmad Ibn Hanbal Sangat Pelan, Nyaris Berbisik.
■ Siang Tadi Aku Lewat Disamping Majelismu, Saat Engkau Sedang
Mengajar Murid-Muridmu.
Aku Saksikan Murid-Muridmu Terkena Terik Sinar Mentari Saat
Mencatat Hadits-Hadits, Sementara Dirimu Bernaung Di Bawah Bayangan Pepohonan.
■ Lain Kali, Janganlah Seperti Itu Wahai Harun.
Duduklah Dalam Keadaan Yang Sama Sebagaimana Murid-Muridmu
Duduk..!
■ Aku Tercekat, Tak Mampu Berkata…
■ Maka Beliau Berbisik Lagi, Mohon Pamit, Melangkah Berjingkat Dan
Menutup Pintu Hati-Hati.
■ Masya Allah…
Inilah Guruku Ahmad Ibn Hanbal, Begitu Mulianya Akhlak
Beliau Dalam Menyampaikan Nasehat.
■ Beliau Bisa Saja Meluruskanku Langsung Saat Melintasi Majelisku. Tapi
Itu Tidak Dilakukannya Demi Menjaga Wibawaku Dihadapan Murid-Muridku.
■ Beliau Juga Rela Menunggu Hingga Larut Malam Agar Tidak Ada
Orang Lain Yang Mengetahui Kesalahanku.
■ Bahkan Beliau Berbicara Dengan Suara Yang Sangat Pelan Dan Berjingkat
Saat Berjalan, Agar Tidak Ada Anggota Keluargaku Yang Terjaga.
■ Lagi-Lagi Demi Menjaga Wibawaku Sebagai Imam Dan Teladan Bagi
Keluargaku.
■ Teringat Perkataan Imam Asy Syafi’i:
■ “Nasehati Aku Saat Sendiri, Jangan Di Saat Ramai & Banyak Saksi.
Sebab Nasehat Ditengah Khalayak, Terasa Hinaan Yang Membuat
Hatiku Pedih Dan Koyak; Maka Maafkan Jika Hatiku Berontak…”
Astaqfirrullah..
Semoga Bermanfaat
Komentar
Posting Komentar